Sabtu, 02 Juni 2012

Hidup Adalah Resiko

Hidup Adalah Resiko

1

Apakah Anda lebih suka memilih gaji yang lebih kecil dari yang pantas Anda terima demi rasa aman? Apakah rasa takut menghentikan niat Anda untuk menyatakan pendapat Anda, atau mengajak bicara someone special?
Rasa takut yang dirasakan sebagian besar orang timbul karena tak ingin membuat kesalahan, kata Sharan Grech, seorang konsultan. “Sebagai anak, kebanyakan dari kita akan mengalami masalah jika berbuat salah,” katanya. “Tak banyak orang tua atau guru yang bersedia menerima kegagalan ketika seorang anak sedang mencoba melakukan sesuatu. Kita seakan selalu diberitahu, bahwa kita tak boleh gagal.”

Sebagai akibatnya, kita belajar untuk menyingkir dari tindakan yang beresiko. Dengan cara ini, kita tak akan mengalami masalah (kendati akhirnya kita akan bosan atau frustasi dengan kehidupan kita yang hanya begitu-begitu saja). “Saya tidak percaya, bahwa orang bisa tumbuh dan berkembang tanpa mengambil beberapa resiko,” kata Grech. “Ada pepatah yang mengatakan, jika Anda selalu melakukan apa yang selalu Anda lakukan, Anda akan mendapatkan apa yang selalu Anda dapatkan.” Masalahnya, apakah Anda puas dengan apa yang selalu Anda dapatkan dalam hidup ini?
Wujudkan Impian Anda
Linda, 32, staf akunting di sebuah perusahaan penerbitan mencoba ikut melamar ketika perusahaannya membuka lowongan untuk posisi yang lebih tinggi di perusahaannya untuk mendapatkan gaji yang lebih baik dan tanggungjawab yang lebih besar. “Saya berusaha berpikir tenang selama beberapa hari, apakah melamar atau tidak,” katanya. “Jika lamaran saya ditolak, saya akan merasa malu karena semau teman-teman tahu saya ikut melamar. Rasa takut ditolak dan kemungkinan mendapat malu sempat menghentikan niat saya.”
Tapi, dorongan yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya membuat Linda meneruskannya niatnya. Dengan rasa was-was Linda mengemukakan keinginannya pada manager HRD. Sesudah tes dan wawancara, Linda dinyatakan lulus dan diterima menduduki jabatan baru yang lebih tinggi. “Setelah melalui 3 tahap wawancara, para bos memutuskan saya adalah calon terbaik untuk jabatan itu,” katanya.
Pengalaman Linda persis seperti nasihat yang sering kita dengar dari ibu kita. Bahwa kita tak pernah akan tahu apa yang terjadi sebelum menjalani atau mengalaminya. Linda mungkin saja kecewa jika dia melamar pekerjaan itu dan ternyata lamarannya ditolak. Tapi kekecewaan Linda akan lebih besar lagi jika dia memilih amannya saja atau tidak melamar, padahal ternyata dia bisa mendapatkan yang lebih baik.
Awali dengan Langkah-langkah Kecil
Sering, mengejar sesuatu yang benar-benar kita inginkan, apakah itu pekerjaan, hubungan asmara, bahkan di mana kita akan tinggal, menimbulkan keraguan dan kebingungan. Kita sering khawatir, jangan-jangan harapan kita terlalu tinggi atau kita menggigit potongan yang terlalu besar dari yang bisa kita kunyah. Cita-cita untuk mencapai bintang mungkin membuat kita ragu dan selalu was-was, bahwa kita bisa saja gagal. Karena itu, sebelum melangkah, selalu ingatkan diri, bahwa langkah-langkah kecil sebenarnya bisa mempunyai kekuatan yang sama besar dengan perubahan-perubahan besar dalam hidup ini.
Melakukan segala sesuatu dengan cara yang berbeda, betapa kecilnya pun perbedaan itu, akan mengubah cara kerja Anda,” kata Grech. “Mungkin caranya hanya sekadar menjulurkan kepala Anda dari zona nyaman Anda.”
Jane, 27, seorang staf pemasaran software, memanfaatkan peluang untuk menyatakan pendapatnya di tempat kerja. Ia merasa frustasi dan tidak berdaya setelah 12 bulan bekerja di bawah pengawasan seorang manager yang otokratis. “Saya merasa takut bicara kepadanya karena tim yang bicara blak-blakan kepadanya ternyata mendapat kesulitan yang lebih besar lagi,” jelas Jane. “Tapi saya merasa, keadaan ini harus berubah atau saya terpaksa meninggalkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan tinggi ini.”
Jane mulai bicara secara perlahan dengan managernya, dan menanyakan alasan khusus mengapa dia mengritik hasil pekerjaannya. “Saya menemukan, cara saya menentang sikapnya dengan cara seakan saya ingin belajar darinya, membuat dia sulit menolak saya. Hal ini sekaligus membuat dia memikirkan cara lain dalam berbicara kepada saya.”
Kendati sempat panik karena bicara dengan cara baru yang hasilnya juga belum pasti, Jane paham, jika dia tidak melaksanakan hal ini, dia akan merasa lebih stres lagi. Dengan mencacah rasa takutnya menjadi potongan yang bisa dikunyah, dia bisa secara perlahan membangun rasa percaya diri dalam dirinya. “Saya masih bekerja di sana selama setahun lagi dan berhasil menjalin hubungan yang sangat baik dengan bos saya itu. Tapi saya tahu, saya tak pernah tertarik dengan skenario seperti itu lagi. Saya sudah belajar terlalu banyak.”
Rasa panik, tegang, dan gelisah yang Anda rasakan ketika mengambil keputusan yang sulit mungkin berasal dari rasa takut yang sangat besar. Takut salah pilih. Takut tampak bodoh dan ditertawakan. Takut akan mendapat masalah yang lebih besar lagi. “Dalam banyak hal, otak kita sebenarnya tak bisa membedakan antara rasa takut dan semangat yang berapi-api,” kata Grech. “Jantung Anda berdetak keras dan perasaan Anda menjadi tak menentu. Jadi, kenapa tidak melihat kegairahan yang ada dalam suatu situasi dan menggunakan energi takut itu untuk menstimulasi Anda?”
Sebagai contoh, Anda mungkin takut meninggalkan pekerjaan lama Anda. Tapi, kalau tidak Anda tinggalkan, Anda tak akan mendapatkan pekerjaan yang benar-benar Anda sukai dengan bayaran yang lebih tinggi. Dan Anda bisa menggunakan hal ini untuk membangkitkan semangat sehingga Anda bekerja lebih baik, menjadi pegawai yang lebih baik, dengan hasil yang lebih optimal. Perusahaan mana yang bisa menolak pegawai seperti ini?
Untuk mengatasi rasa takut, kiranya kita harus selalu mengingatkan diri kita, bahwa hidup adalah sebuah resiko. Setiap keputusan yang kita ambil, dari yang paling biasa sampai yang paling luhur, adalah sebuah resiko. Atau pasti ada resikonya. Apakah Anda memilih roti bakar atau serealia untuk sarapan pagi? Apakah lebih baik menikah dengan orang pertama yang Anda cintai, atau pergi keliling dunia mencari belahan jiwa Anda di tempat yang eksotik? Semua pilihan ini mengandung resiko.
Pada akhirnya, nasib kita dibentuk oleh pilihan yang kita ambil setiap hari. Kita harus percaya, bahwa alam semesta menyediakan begitu banyak pilihan bagi kita untuk menciptakan kebahagiaan kita sendiri. Masalahnya tergantung pada apakah kita berani secara proaktif mengubah hidup kita, mengubah diri kita dengan menentukan secara sadar resiko yang kita ambil.
Terjun ke dalam kedalaman yang tidak kita kenal dengan melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda akan mendatangkan perubahan yang lebih besar dari yang kita bayangkan. Anda bisa belajar menghilangkan rasa takut Anda dengan membiarkan diri Anda mengambil peluang sebanyak mungkin. Anda tak perlu harus sempurna setiap saat karena tak ada orang yang sempurna. Dan resiko salah adalah wajar-wajar saja,” kata Grech. (Aura)

0 komentar:

Posting Komentar