Allah SWT telah berfirman kepada nabi-Nya dan kekasih-Nya (Muhammad saw.) seraya memujinya dan menunjukkan karunia-Nya atas diri-Nya:
"Wa innaka la 'alaa khuluuqin 'adziim."
Aisyah
 r.a. menyatakan bahwa "akhlaq Rasulullah saw adalah Al-Qur'an." Seorang
 laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw, tentang akhlaq yang 
baik, maka beliau membacakan kepadanya firman Allah SWT:
"Jadilah
 engkau seorang pema'af, suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf dan 
berpalinglah dari orang-orang jahil." (Al-A'raf: 199).
Kemudian beliau menambahkan:
"huwa an tashila man qatha'aka wa tu'thiya man kharamaka wa ta'fuwa 'amman dzalamaka."
Artinya:
 “Itu dapat terwujud dengan tetap memelihara tali silaturrahim terhadap 
siapa yang memutuskannya terhadapmu, memberi siapa yang menahan 
pemberiannya kepadamu dan mema'afkan siapa yang telah melakukan 
kezaliman terhadapmu."
Rasulullah saw. juga pernah bersabda:
"Innamaa bu'its-tu li utammima makaarimal-akhlaaqi."
Artinya: "Sesungguhnya aku hanyalah di utus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia."
Sabda beliau lagi:
"Atsqaalu maa yuudla'u fil miizaani yaumal qiyaamati taqwallaahi wa khusnul khuluuqi"
Artinya:
 “Timbangan yang paling berat dari apa yang di letakkan di atas neraca 
Hari Kiamat kelak, adalah taqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik."
Seorang
 laki-laki pernah datang menghadap Rasulullah saw. dan berkata: "Ya 
Rasulallah, apa sesungguhnya agama itu?" Maka beliau menjawab: "Akhlaq 
yang baik." Orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah kanan 
beliau, dan bertanya:  "Ya Rasulallah apa sesungguhnya agama itu?" Maka 
beliau menjawab: "Akhlaq yang baik."
Namun
 orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah kiri beliau, dan 
bertanya: "Ya Rasulallah apa sesungguhnya agama itu?" Beliaupun menjawab
 lagi: "Akhlaq yang baik." Orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari 
arah belakang, seraya bertanya: "Ya Rasulallah, apa sesungguhnya agama 
itu?" Maka beliau menoleh kepadanya dan bersabda: "Tidakkah kau 
mengerti? Itu adalah dengan upayamu untuk tidak marah."
Rasulullah saw, juga pernah di tanya: "Apakah kesialan itu Ya, Rusulallah?" Maka beliau menjawab: "Akhlaq yang buruk!"
Di
 riwayatkan pula bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw.:
 "Berilah aku nasehat." Maka beliaupun mengatakan kepadanya: 
"Bertaqwalah kepada Allah, di manapun engkau berada." Orang itu berkata 
lagi: "Tambahkanlah untukku." Sabda beliau: "Ikutilah perbuatan burukmu 
(yang terlanjur kau kerjakan) dengan suatu perbuatan baik, sehingga 
(dengan perbuatan itu) engkau dapat menghapusnya."
Orang itu berkata lagi: "Tambahkanlah untukku." Maka sabda beliau pula: "Bergaullah dengan manusia dengan akhlaq yang baik."
Rasulullah saw, juga pernah di tanya: "Amalan apakah yang paling utama?" Jawab beliau: "Akhlaq yang baik."
Pernah pula beliau bersabda:
"Man khassanallaahu  khalqa 'abdin wa khuluqahu fa yuth'imuhunnaara"
Artinya: “Allah SWT takkan membaikkan tubuh dan akhlaq seseorang kemudian menjadikannya umpan bagi api neraka."
Al-fudhail
 meriwayatkan bahwa seseorang berkata kepada Rasulullah saw.: "Ada 
seorang perempuan yang berpuasa di siang hari dan bertahajud di malam 
hari, sementara akhlaqnya buruk. Ia mengganggu para tetangganya dengan 
ucapan lidahnya."
Maka Rasulullah bersabda: "Laa khaira fiihaa min ahlin-naari."
Artinya: "Tak sedikitpun kebaikan ada padanya. Ia adalah penghuni neraka."
Abu Darda' berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda:
"Awwalu maa yuudla'u fil miizaani khusnul khuluqi wassakhaau'."
Artinya:
 "Sesuatu yang pertama kali akan di letakkan di atas mizan (neraca 
amalan manusia pada Hari Kiamat) adalah akhlaq yang baik dan 
kedermawanan."
Dan
 ketika Allah SWT menciptakan keimanan, ia berkata: "Ya Allah, 
kuatkanlah aku. "Maka Allah menguatkannya dengan akhlaq yang baik serta 
kedermawanan. Dan ketika Allah menciptakan kekufuran, ia berkata: "Ya 
Allah, kuatkanlah aku." Maka Allah menguatkannya dengan kebakhilan dan 
akhlaq yang buruk.
Rasulullah saw. juga pernah bersabda:
"Innallaahas
 takhlasha haadzaddiina linafsihi wa laa yashlukhu lidiinikum ilash 
shakhaau wa khusnul khuluqi alaa fazayyinuu diinakum bihimaa."
Artinya:
 "Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi diri-Nya, dan tak ada 
sesuatu yang layak bagi agama kalian ini selain kedermawanan dan akhlaq 
yang baik. Karena itu perindahlah agama kalian dengan kedua-duanya."
Sabda beliau pula:
"Khusnul khuluqi khalqullaahil a'dhamu."
Artinya: "Akhlaq yang baik adalah cipta'an Allah SWT yang teragung."
Pernah
 di tanyakan kepada Rasulullah saw.: "Siapakah yang paling utama di 
antara kaum mukmin?" Jawab beliau: "Yang paling baik akhlaqnya di antara
 mereka."
Sabda beliau pula:
"Innakum lan tas'awun naasa bi amwaalikum fasa 'uuhum bibastil wajhi wa khusnil khuluqi."
Artinya:
 "Sungguh kalian takkan mampu memuaskan manusia semuanya dengan harta 
kalian, maka puaskanlah mereka dengan wajah yang cerah dan akhlaq yang 
baik."
Sabda beliau pula:
"Suu-ul khuluqi yufsidul 'amala kamaa yufsidul-khallul 'asala."
Artinya: "Akhlaq yang buruk merusak amalan yang baik seperti halnya cuka merusak madu."
Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
"Innakamru-un qad khasanallaahu khalqaka fakhassin khuluqak." artinya:
"Sungguh engkau adalah seorang yang di beri Allah bentuk tubuh yang baik, maka baikkanlah pula akhlaqmu."
Al-Bara'
 bin 'Azib berkata bahwa "Sesungguhnya Rasulullah saw. adalah seorang 
yang paling tampan wajahnya dan paling baik akhlaqnya, di antara semua 
manusia."
Di riwayatkan dari Abu Mas'ud Al-Badriy, katanya: Rasulullah saw. biasa mengucapkan dalam do'anya:
"Allaahumma khassanta khalqii fakhassin khuluqii."
Artinya: "Ya Allah telah Engkau beri aku tubuh yang baik, maka baikkanlah pula akhlaqku."
Di riwayatkan pula dari Abdullah bin 'Amr, katanya: "Telah menjadi kebiasaan Rasulullah saw. memperbanyak do'a, di antaranya:
 "Allaahumma innii as 'alukas shikhkhata wal 'aafiyata wa khusnal khuluqi."
Artinya: "Ya Allah aku memohon dari-Mu kesehatan dan keselamatan, serta kebaikan akhlaq."
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. telah bersabda:
"Karamul mu'mini dinuhu wa khasabuhu khusnu khuluqihi wa muruu atuhu 'aqluhu."
Artinya:
 "Kemuliaan dari seorang mukmin adalah agamanya, sedangkan ketinggian 
derajatnya adalah dalam kebaikan akhlaqnya., kekesatriaannya, dan 
kelurusan akalnya."
Dari
 Usamah bin Syuraik, katanya: "Aku pernah menyaksikan sekelompok A'rab 
(orang-orang Arab Badui) bertanya kepada Rasulullah saw.: "Apakah 
anugrah Allah terbaik yang dapat di peroleh seseorang?" Jawab beliau: 
"Akhlaq yang baik."
Sabda beliau pula:
"Inna akhabbakum ilayya wa aqrabakum minnii majlisan yaumal qiyaamati akhaasinukumakhlaaqaa."
Artinya:
 "Sesungguhnya yang paling ku cintaidi antara kamu dan paling dekat 
tempat duduknya denganku, pada Hari Kiamat, adalah yang paling baik 
akhlaqnya."
Di riwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
"Tsalaatsun
 man lam takun fiihi aw waakhidatun minhunna falaa ta'tadduu bisyai-in 
 min 'amaalihi taqwan talhjizuhu 'an ma'aashillaahi aw khilmun yakuffu 
bihis safiiha aw khuluqun ya'iisyu bihi baynan naasi."
Artinya:
 "Ada tiga hal yang apabila tak di jumpai dalam diri seseorang 
ketiga-tiganya atau salah satu di antaranya maka janganlah kalian merasa
 kagum akan sesuatu dari amalannya.
Ketiga
 hal itu adalah: ketaqwaan yang menghalanginya dari perbuatan 
pembangkangan (maksiat) kepada Allah, sifat santun yang dengannya ia 
menghadapi ulah seseorang yang berbudi rendah, dan akhlaq yang baik yang
 dengannya ia bergaul dengan manusia."
Dan di antara do'a-do'a Rasulullah saw. dalah shalat beliau:
 "Allaahummahdinii
 li akhsanil akhlaaqi laa yahdii li akhsanihaa illaa anta washrif 'annii
 sayyi-ahaa la yashrifu 'annii sayyi-ahaa illaa anta."
Artinya:
 "Ya Allah arahkanlah diriku kepada akhlaq yang baik, sebab tak ada yang
 dapat mengarahkan daku kepadanya selain Engkau. Dan jauhkanlah aku dari
 akhlaq yang buruk, sebab tak ada yang dapat menjauhkan aku dari akhlaq 
yang buruk, sebab tak ada yang dapat menjauhkan aku daripadanya, selain 
Engkau."
Anas berkata: "Pada suatu hari, ketika kami berada bersama Rasulullah saw. beliau bersabda:
"Inna khusnal khuluqi layudziibal khaathi-ata kamaa tudziibus-syamsul jaliida."
Artinya: "Sungguh, akhlaq yang baik dapat mencairkan suatu perbuatan dosa, sebagaimana panas matahari dapat mencairkan salju."
Sabda Rasulullah saw. pula:
"Min sa'aadatil mar'i khusnul khuluqi."
Artinya: Di antara kebahagiaan seseorang adalah kebaikan akhlaqnya."
Sabda beliau pula:
"Alyumnu khusnul khuluqi."
Artinya: "Keberuntungan seseorang adalah dalam kebaikan akhlaqnya."
Beliau juga pernah bersabda kepada Abu Dzaarr:
"Ya abaadzarrin la aqla kattadbiiri walaa khasaba kakhusnil khuluqi." 
Artinya:
 "Wahai Abu Dzaarr, tiada (pemikiran) akal sebaik tadbir (pengelolaan 
sesuatu dengan bijaksana), dan tiada kehormatan seseorang setinggi 
akhlaq yang baik."
Anas
 merawikan bahwa Ummu Habibah pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: 
Bagaimana kiranya seorang wanita yang mempunyai dua orang suami di dunia
 (yakni dalam dua kali perkawinan), lalu dia dan kedua suami itu 
meninggal dunia dan masuk surga. Siapakah di antara kedua-duanya yang 
akan menjadi suaminya di sana?" Maka Nabi saw. menjawab:
"Li akhsanihaa khuluqn kaana 'indahaa fiddun-yaa yaa umma khabiibata dzahaba khusnul khuluqi bikhairiddun-yaa wal aakhirati."
Artinya:
 "Yang terbaik akhlaqnya bagi si istri, ketika masih di dunia. Wahai 
ummu Habibah,akhlak yang baik, senantiasa bersama-sama dengan kebaikan 
dunia dan akhirat."
Sabda beliau pula:
"Innal muslimal musaddada liyudriku darajatash shaa-imil qaaimi bikhusni khuluqihi wa karami martabatihi."
Artinya:
 "Seorang muslim yang lurus akan mencapai derajat seorang yang berpuasa 
di siang hari dan bershalat di malam hari, sebagai ganjaran bagi akhlaq 
baiknya dan martabatnya yang mulia."
Abdurrahman bin Samurah berkata: "Kami sedang bersama Rasulullah saw. ketika beliau bersabda:
"Innii
 ra-aitul baarikhata 'ajaaban ra-aitu rajulan min ummatii jaatsiyan 
'alaa rukbataihi wa baynuhu wa baynallaahi khijaabun fajaa-a khusnu 
khuluqihi fa adkhalahu 'alallaahi ta'aalaa."
Artinya:
 "Tadi malam aku melihat sesuatu yang aneh (dalam mimpi). Aku melihat 
seorang laki-laki dari umatku, sedang berlutut; antara dia dan Allah SWT
 terbentang tirai penutup (hijab). Lalu datanglah akhlaqnya yang baik 
dan memasukkannya ke hadapan Allah SWT."
Anas meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
"Innal
 'abda layablughu bikhusni khuluqihi 'adhiima darajatil aakhirati wa 
syarafal manaazili wa innahu ladla'iifun fil 'ibaadati."
Artinya:
 "Dengan akhlaqnya yang baik, seorang hamba dapat mencapai 
derajat-derajat akhirat yang amat tinggi, serta kedudukan-kedudukan yang
 amat mulia, walaupun ia lemah dalam segi ibadahnya."
Di
 riwayatkan bahwa Umar r.a. pernah meminta izin untuk menemui Nabi saw. 
Ketika itu, ada beberapa wanita dari kalangan Quraisy yang sedang 
berbicara dengan beliau; suara mereka terdengar lebih keras dari suara 
Nabi saw. Tiba-tiba, ketika mengetahui bahwa Umar meminta izin untuk 
masuk, mereka bergegas menyembunyikan diri mereka di balik hijab.
Dan
 masuklah Umar sementara Rasulullah saw. tertawa. Umar pun bertanya: 
"Demi ayah dan ibuku mengapa Anda tertawa, ya Rasulullah?" Jawab beliau:
"Ajibtu liha-ulaa-illaatii kunna 'indii lammaa sami'na shautaka tabaadarnal khijaaba."
Artinya:
 "Sungguh aku merasa heran melihat tingkah laku wanita-wanita yang baru 
saja bersamaku; ketika mendengar suaramu, mereka segera bersembunyi di 
balik hijab."
Mendengar
 itu, Umar berkata: "Sungguh engkaulah, ya Rasulullah yang lebih patut 
mereka takuti daripada aku." Kemudian ia menoleh ke arah wanita itu, 
seraya berkata: "Ya, karena Anda begitu keras dan begitu kasar, tidak 
seperti Rasulullah saw.!"
Maka beliaupun bersabda:
"Iihan
 yabnal khaththaabi walladzii nafsii biyadihi maa laqiyakasy-syaithaanu 
qaththu saalikan fajjan illaa salaka fajjan ghaira fajjika."
Artinya:
 "Hah, wahai Ibnu Khaththab, demi Tuhan Yang jiwaku berada di 
tangan-Nya, tak sekalipun setan berjumpa denganmu di suatu lembah, 
kecuali ia akan menghindar dan melintasi lembah lainnya."
Sabda Rasulullah saw:
"Suu-ul khuluqi dzanbun laa yughfaru wa suu-udzdzanni khathii-atuntafuukhu."
Artinya:
 "Akhlaq yang buruk adalah dosa yang tak terampuni, sedangkan 
persangkaan buruk (su-udzdzan) adalah kesalahan yang berbau busuk."
Sabda beliau pula:
"Innal 'abda layablughu min suu-i khuluqihi asfala darki jahannama."
Artinya: "Seseorang dapat terjatuh ke dalam dasar Jahannam yang terdalam, dengan akhlaqnya yang buruk."
( Sumber artikel: Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu'alajat Amradh Al-qulub)
 
 







 
 
 
 
 
 





0 komentar:
Posting Komentar